Me

Kamis, 28 Februari 2013

Makalah Preeklamsia dan Eklamsia


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Penyebab tingginya angka kematian ibu juga terutama disebabkan karena faktor non medis yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta faktor agama. Sebagai contoh banyak kaum ibu yang menganggap kehamilan sebagai peristiwa alamiah biasa padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar biasa sehingga perhatian terhadap kesehatan ibu hamil harus diperhatikan. Rendahnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga menjadi sebab tingginya kematian ibu selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan yang buruk. (Ketut Sudhaberata,2006)
World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman. Sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. (WHO,2004)
Negara - negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara dimana warga perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding negara-negara Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi kehamilan. Di negara-negara yang sedang berkembang, angka kematian ibu berkisar 350 per 10.000 kematian. Angka kematian ibu di Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran. Angka yang sangat mengkhawatirkan karena meningkat dari angka yang tercatat peda beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 1997, AKI mencapai 397 orang per 100.000 kelahiran yang berarti bertambah sekitar 73 orang.
Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya,diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Dengan kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit bisa terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.
Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat miskin dan mereka yang tinggal jauh dari Rumah Sakit. Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28 %, eklampsia 13 %, aborsi yang tidak aman 11%, serta sepsis 10 %. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah Preeklampsia dan eklampsia yang bersama infeksi dan pendarahan, diperkirakan mencakup 75 - 80 % dari keseluruhan kematian maternal. Kejadian preeklampsi - eklampsi dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila CFR PE-E mencapai 1,4%-1,8%. (Zuspan F.P, 1978 dan Arulkumaran ,1995)
Penelitian yang dilakukan Soedjonoes pada tahun 1983 di 12 RS pendidikan di Indonesia, di dapatkan kejadian PE-E 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9 kali lebih besar di banding kehamilan normal). Sedangkan berdasarkan penelitian Lukas dan Rambulangi tahun 1994, di dua RS pendidikan di Makassar insidensi preeklampsia berat 2,61%, eklampsia 0,84% dan angka kematian akibatnya22,2%.Target penurunan angka kematian ibu menjadi 124 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 tidak mudah tercapai mengingat sistem pelayanan obsentri emerjensi masih lemah. Akhirnya yang harus diingat dari informasi diatas adalah sesungguhnya masalah kematian ibu bukanlah masalah ibu sendiri akan tetapi merupakan masalah internasional dimana setiap negara seharusnya memiliki tanggung jawab untuk menanggulangi dan mencegah kematian ibu.
B.     Tujuan

1.      Mengetahui apa itu preeklamsia dan eklamsia
2.      Mengetahui etiologi preeklamsia dan eklamsia
3.      Mengenali gejala preeklamsia dan eklamsia
4.      Mengetahui komplikasi preeklamsia dan eklamsia
5.      Mengetahui pencegahan preeklamsia dan eklamsia




BAB II
ISI
A.    Pengertian Preeklamsia dan Eklamsia
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Sebelumnya wanita tadi menunjukkan gejala-gejala Preeklampsia.
B.     Etiologi Preeklamsia dan Eklamsia
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”. Namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang ini dipakai sebagai penyebab Preeklampsi aadalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini. Rupanya tidak hanya satu fakkor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
C.     Gejala Preeklamsia dan Eklamsia
ª     Gejala Preeklampsia
Biasanya tanda-tanda Preeklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria.
¨     Preeklampsia ringan :
a)   Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
b)   Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter atau midstearm.
¨     Preeklampsia berat :
a)      Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b)      Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
c)      Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
d)     Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
e)      Terdapat edema paru dan sianosis
f)       Trombositopenig (gangguan fungsi hati)
g)      Pertumbuhan janin terhambat.

ª     Gejala eklampsia
Pada umumnya kejangan didahului oleh makin memburuknya Preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kejangan terutama pada persalinan bahaya ini besar.
D.    Komplikasi 
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi pada Preeklampsia berat dan eklampsia.
1)      Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada Preeklampsia.
2)      Hipofibrinogenemia. Pada Preeklampsia berat
3)      Hemolisis. Penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum di ketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati sering di temukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
4)      Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematianmaternal penderita eklampsia.
5)      Kelainan mata, Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung sampai seminggu.
6)      Edema paru-paru.
7)      Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada Preeklampsi – eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
8)      Sindrom HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
9)      Kelainan ginjal
10)  Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibatkejang-kejang pneumonia aspirasi.
11)  Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra – uterin.

E.     Pencegahan

1)      Pemeriksaan antenatal yang  teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin (Preeklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
2)      Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya Preeklampsia kalau ada faktor-faktor predeposisi.
3)      Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring ditempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
4)      Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda Preeklampsia dan mengobatinya segera apabila di temukan.
5)      Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tanda - tanda Preeklampsia tidak juga dapat di hilangkan.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma.
Eklampsi merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian ibu di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Di negara-negara berkembang, frekuensi PE-E dilaporkan berkisar antara 0,3%-0,7% sedangkan di negara-negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05% 0,1%.

B.     Saran

1.      Untuk pemerintah hendaknya program untuk menurunkan angka kematian ibu benar-benar dijalankan bukan hanya selogan saja.
2.      Perlu ditingkatkan promosi dan pendidikan KIA hingga tingkat Rumah Tangga.
3.      Program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu hendaknya dapat menjangkau seluruh provinsi yang ada di Indonesia
4.      Setiap wanita hamil hendaknya melakukan kunjungan antenatal selama periode antenatal untuk mencegah komplikasi kehamilan secara dini.
DAFTAR PUSTAKA
¨     http://rahmawatifattah.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya sangat menginginkan kritik dan saran anda